Sudut Pandang Sosiolog Sosiologi FISIP Unair Terkait Aksi Terorisme

Serentetan aksi terorisme di negeri ini sudah diluar batas kemanusiaan. Dibunuhnya 5 polisi di Mako Brimob serta serentetan aksi pengeboman 3 gereja di Surabaya yang berakibat pada 5 warga tidak bersalah meninggal dan 41 lainnya luka-luka ditambah pengeboman di rusunawa wonocolo serta pengeboman di Polrestabes Surabaya sungguh mengoyak rasa kemanusiaan kita semua.

Menurut Sosiolog Unair, Bagong Suyanto yang disampaikan melalui kolom pakar Media Indonesia Edisi 14 Mei 2018 menyatakan bahwa:

“Layaknya teror, selama ini tujuan di balik bom bunuh diri yang terjadi di berbagai tempat utamanya ialah menebar keresahan sosial, membangkitkan rasa takut masyarakat, yang ujung-ujungnya untuk menciptakan situasi chaos. Makin besar jumlah korban, dan makin dahsyat dampak yang ditimbulkan, justru dianggap sebagai indikator keberhasilan teror bom. Jadi, lebih dari sekadar berapa jumlah korban yang tewas akibat bom bunuh diri. Bagi teroris, yang terpenting justru bagaimana aksi mereka mendapat liputan luas media–yang ujung–ujungnya menciptakan ketakutan masyarakat.”

Menurut Bagong Suyanto untuk menangani aksi terorisme ini tidak cukup mengandalkan pendekatan yang tegas dan represif dari aparat tetapi dibutuhkan juga pendekatan yang agak berbeda yaitu melalui counter ideology, yaitu dengan cara melakukan program deradikalisasi yang sistematis untuk melawan tawaran ideologi radikal yang makin mudah menyusup melalui dunia maya.

Bagong menambahkan bahwa kasus bom bunuh diri di Surabaya harus menyadarkan kita bahwa sasaran pengaruh paham radikal tidak hanya menyasar orang dewasa tetapi juga anak-anak. Oleh sebab itu, perlu adanya pencegahan agar anak-anak tidak terpapar paham radikal yaitu dengan menigkatkan peran sekolah, guru dan keluarga (extended family). IRAPI

Share